Oleh: Fitri Widi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bagaimanapun
bangsa ini harus mengakui bahwa nilai-nilai kesopanan dan kesantunan di dalam
dirinya berangsur-angsur pudar. Keidentikan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang ramah perlahan terkikis bersamaan tergerusnya nilai-nilai moral lain.
Bangsa ini menjadi sulit untuk memanifestasikan dirinya yang baik, dalam
perjalaan untuk menjadi bangsa yang maju dan “beradab”. Aroma kemajuan
membawanya ke dalam ruang-ruang asing yang keras dan kejam. Akan sulit sekali
saat ini menemukan “manusia-manusia Indonesia” yang menjunjung nilai-nilai
kesopanan dan kesantunan. Dan semakin sulit saja menemukan orang-orang
Indonesia yang mau menegakkan nilai-nilai kejujuran dan kebaikan.
Bangsa ini
telah menjadi bangsa yang lebih suka mengabaikan etika dan nilai-nilai moral
yang ada. Tak peduli lagi itu baik atau buruk. Bangsa ini tak lagi mau dan tak
mampu berkembang dengan kebaikan, dan itu telah menjadi bagian dari sekian
pilihan yang dipilihnya. Bangsa ini tak malu lagi bila menyingkirkan
nilai-nilai kejujuran dan kebaikan di dalam lubuk hatinya yang dalam sekalipun,
dan diganti dengan segala kepicikan dan kepura-puraan. Bangsa ini menjadi
bangsa yang tak lagi mau mengerti arti penting kesopanan dan keramahan, dan
arti penting kebaikan dan kejujuran.
Sedangkan
standar budaya bangsa itu baik bila perilaku mereka mencerminkan kebaikan dan
nilai-nilai kejujuran yang diakui bersama. Dan titik tolak untuk melihat bangsa
itu beradab adalah dengan melihat kesopanan dan kesantunan yang dimilikinya.
Bangsa yang beradab adalah bangsa yang memiliki unggah-ungguh dalam
berperilaku.
Bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa yang berbudaya dengan menjunjung kebaikan dan
kejujuran, atau menjadi bangsa beradab dengan mengamalkan kesopanan dan
kesantunan jika kekuatan dan semangat yang menjiwai bangsa berasal dari
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar