Team Accelerated Instruction atau
Percepatan Pengajaran Tim adalah salah
satu jenis pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang awalnya
bernama Team Assisted Individualization atau Bantuan Individual Dalam Kelompok (BIDaK) (Slavin, 2008:
187).
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction
merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Menurut Robert Slavin (Miftahul, 2013: 200) Team Assisted Individualization
merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran
dengan perbedaan individual siswa secara akademik.
Penerapan model pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization lebih menekankan pada penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi
hasil bagi setiap anggota kelompok.
Di samping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil.
Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan
siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
a.
Komponen-komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
Menurut
Slavin (2008: 195) model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated
Instruction memiliki panduan implementasinya sendiri tergantung pada
pengaturan khusus materi-materi pengajarannya.
Model
pembelajaran tipe Team Accelerated Instruction
ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Teams
yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
2)
Placement
Test yaitu pemberian pre test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3)
Student
Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya.
4)
Team
Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkan.
5)
Team
Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap
hasil keja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan
tugas.
6)
Teaching
Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
7)
Fact
test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
8)
Whole-Class Units
yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan
strategi pemecahan masalah.
b.
Tujuan Pelaksanaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
1)
Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam
pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2)
Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya
untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3)
Para siswa akan termotifasi untuk mempelajari
mater-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa
berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
4)
Tersedianya banyak cara pengecekkan pengusaan supaya
para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah
mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru.
Pada pos pengecekkan penguasaan, dapat tersedia kegiatan-kegiatan pengajaran
alternatif dan tes-tes yang paralel.
5)
Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama
lain, sekalipun bila siswa mengecek kemampuan ada di bawah siswa yang dicek
dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan
tidak terganggu si pengecek.
6)
Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun
siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim
guru.
7)
Dengan membuat para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan
membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa main
stream yang cacat secara akademik dan diantara para siswa dari latar
belakang yang ras atau etnik yang berbeda.
c.
Manfaat Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
Adapun manfaat
model pembelajaran kooperatif Team Accelerated Instruction adalah:
1)
Kesulitan yang dialami siswa dapat
dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru.
2)
Siswa yang memiliki kekurangan secara
akademis di bantu oleh siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih.
3)
Terjadi interaksi sosial antar kelompok,
dengan adanya keja sama tiap anggota kelompok siswa dapat berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
4)
Pembelajaran Team
Accelerated Instruction membuat
para siswa mengejakan sebagian tugasnya sehingga meringankan beban guru.
d.
Kelebihan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
Berikut
ini merupakan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction yang disesuaikan dari pendapat Slavin (2008: 190):
1)
Meningkatkan motivasi belajar,
2)
Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar
pribadi,
3)
Program ini bisa membantu siswa yang lemah/ siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi belajar,
4)
Model pembelajaran Team Accelerated
Individualization membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik dan mengurangi anggapan banyak peserta didik bahwa matematika itu sulit,
5)
Pada model
pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Individualization peserta
didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka,
6)
Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok,
7)
Melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar
saling menghargai.
e.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Accelerated Instruction
1)
Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction.
2)
Apabila model pembelajaran ini merupakan model
pembelajan yang baru diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik bingung,
sebagian kehilangan rasa percaya diri dan sebagian mengganggu antar peserta
didik lain.
f.
Langkah-langkah Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran Team
Accelerated Instruction yang
diadaptasi dari pendapat Slavin (2008: 199) adalah sebagai berikut:
1)
Guru menyiapkan materi yang akan dipelajari oleh siswa,
2)
Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat
rata-rata nilai harian siswa sebagai acuan dalam pembentukan kelompok.
(Mengadopsi komponen Placement Test),
3)
Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi
komponen Teaching Group),
4)
Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi
komponen Teams),
5)
Setiap siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan
Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan oleh guru secara individu. Kemudian
masing-masing siswa saling berdiskusi dan memeriksa hasil pekerjaan teman satu
kelompok. Guru memberikan bantuan individual bagi yang memerlukan. (Mengadopsi
komponen Student creative),
6)
Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya
dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
(Mengadopsi komponen Team Study),
7)
Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara
individu. (Mengadopsi komponen Fact Test),
8)
Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang
kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team
Score and Team Recognition),
9)
Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi
yang ditentukan.
Sumber:
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative
Learning: Teori, Riset, dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Miftahul Huda, M.Pd. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar