Mulai saat itu, aku
sekolah sambil berobat. Seminggu dua kali aku harus bolak balik ke rumah sakit.
Cek ini itu. Suntik ini itu. Ribet, capek, dan pengalaman yang wajib disyukuri.
Di sekolah, aku
masih tetap bisa berprestasi. Tak pernah ketinggalan pelajaran. Selain belajar
di sekolah dan kesibukan sama pengobatanku, aku juga tetap bisa ikut TPQ (Taman
Pendidikan Al-Qur’an) di sekolah setiap sore hari. Ohh ya.. dikelas 3 ini aku
dapat teman baru. Fina dan Ike namanya. Dia anak tinggal kelas bersama 2 orang
teman perempuannya Rias dan Asti. Tetapi Rias dan Asti agak sedikit nakal. Dia
suka minta uang jajan teman-teman termasuk aku. Suka nyontek dan suka minta
dikerjain tugasnya. Tapi sebenarnya orangnya baik sih, dan Diaz sekarang lebih
dekat sama mereka dari pada sama aku. Iya. Sejak Dion tidak ada bersama kami.
Naik kelas 4 aku
sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar, dan prestasiku pun sama sekali
tidak turun. Dikelas 4 ini ada anak baru di kelas. Dewa namanya. Sedikit lebih
ganteng sih dari pada Dion dulu. Maklumlah dia anak orang borjuis. Diaz, Rias
dan Asti pun sering cari-cari perhatian sama si Dewa itu. Hiihhh..
Dikelas 4 aku mulai
pindah tempat ngaji. Di masjid dekat rumah. Ustadznya masih muda-muda dan
ganteng sich (upsss J).
Aku tergolong santri yang cerdas disini. Cepat menghafal dan bandel. Hehehe..
Dan di kelas ini
juga dokter memutuskan untuk menjalankan operasi untuk mengangkat penyakitku.
Sedih rasanya. Takut. Takut mati. Takut kalau aku sudah tidak bisa kembali
melihat matahari lagi. Tapi untungnya ditunda setahun kedepan. Artinya akau
masih ada kesempatan untuk mempersiapkan semuanya.
Hari-hari di
sekolah dan di tempatku ngaji berjalan seperti biasa. Tak ada yang istimewa.
Teman-teman masih bersikap biasa-biasa saja. Walaupun untuk orang yang belum
pernah bertemu denganku mungkin melihatku seperti manusia yang datang dari
planet lain. Atau malah mereka mengira kau zombie atau alien yang sengaja
diturunkan dari UFO demi misi kejahatan, makanya mereka pada takut. L
Tapi semuanya aku
anggap biasa-biasa saja. Santai. Slow. Tiba saatnya dimana aku harus menjalani
operasi di kelas 5. Semuanya serasa berjalan begitu cepat. Tak terasa aku telah
berada di ruang serba hijau dan dinginnya setengah lingkaran. Banyak
manusia-manusia berwarna hijau itu mendekatiku. Seakan segera menyerangku dari
berbagai sisi. Aku ketakutan. Ribuan jarum dan peralatan yang sama sekali aku
tak tahu siap melalapku hidup-hidup. Aku berontak. Hingga tiga botol obat bius
itu pun tak mampu mengalahkanku. Aku masih mampu untuk berontak dan lari dari
tempat itu sekencang mungkin. Tapi itu tak mungkin. Walaupun keyakikan dan
kekuatanku untuk tetap bertahan hidup masing sangat kuat tapi tetap saja aku
lemah kalau dokter menambah dosis obat bius itu. Dosis untuk 2x orang dewasa
masuk ke dalam tubuhku. Dan kini aku tak tahu apa yang akan dan telah terjadi.
Satu hari kemudian
aku tersadar. Aku tak tahu apa-apa dan tak bisa memikirkan apa-apa kecuali aku
kebelet pipis.. Hihihihi.. dan mamalah yang aku sebut pertama dalam keadaan
seperti itu. Perih dan nyeri semakin terasa hari-demi hari. Tak banyak yang
bisa akau lakukan kecuali menahannya dan terus terdiam. Keadaan pasca operasi
terus membaik. Walaupun operasi itu bisa dianggap gagal, tapi seminggu kemudian
aku boleh pulang. Dan aku ingin segera kembali ke sekolah. Bermain bersama
teman-teman. Aku merindukan teman-teman, aku merindukan mengerjakan PR, kangen
ngaji sama teman-teman.
Seminggu kemudian
aku sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Sekolah, berobat, dan ngaji. Bermain
sedikit saja. Ohh ya.. Setiap pagi aku selalu baca majalah anak BOBO selama
bolak-balik rumah sakit. Jadi gak pernah merasa suntuk. J
Kenaikan Kelas.
Prestasiku turun. Aku peringkat 5. Dari pra operasi sampa pasca operasi hampir
satu bulan aku tidak masuk sekolah. Tapi tidak terlalu buruk lah.
Sekarang aku dekat
sama Fina dan Ike. Diaz and The gank itu msih tetap mintain uang jajan juga
sih, tapi itu semua masih keadaan wajar. Tidak terlalu anarkis.
Kelas 6 ini aku
fokus untuk sekolah. Fokus belajar untuk menghadapi ujian nasional walaupun
sesekali aku masih ke rumah sakit untuk check up.
Akhirnya aku lulus
SD dengan nilai yang lumayan tinggi. Aku bangga dengan diriku sendiri. Aku
berjanji kepada diriku sendiri akan selalu membanggakan kedua orang tuaku.
Membahagiakannya semaksimal mungkin semampu aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar