Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan pun
ikut berkembang. Tidak sekedar ilmu, pengetahuan, dan materi pembelajaran yang
berkembang, namun model pembelajarannya pun berkembang. Kini guru dapat
menggunakan berbagai model pembelajaran yang ada.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan
pada tahun 1994
oleh Lorna Curran. Tujuan dari Make a Match
antara lain sebagai pendalaman materi,
penggalian materi, dan edutainment.
Menurut Miftahul Huda (2013: 251-254)
guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan Make a Match dalam pembelajaran,
antara lain:
a. Membuat
beberapa pertanyaan yang
sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran)
lalu menulisnya dalam
kartu-kartu pertanyaan.
b. Membuat
kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam
kartu-kartu jawaban.
c. Membuat
aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sangsi bagi siswa
yang gagal (guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa).
d. Menyediakan
lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk
penskoran presentasi.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran
Make a Match
menurut Miftahul Huda (2013: 251-254)
adalah sebagai berikut:
a. Guru
menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di
rumah.
b. Siswa
dibagi kedalam 2 kelompok, misalnya kelompok a dan kelompok b. Kedua kelompok
diminta untuk berhadap-hadapan.
c. Guru
membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok a dan kartu jawaban kepada kelompok
b.
d. Guru
menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang
dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan
maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka.
e. Guru
meminta semua anggota kelompok a untuk mencari pasangannya di kelompok b. Jika mereka menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya kemudian guru mencatat mereka
pada kertas yang sudah dipersiapkan.
f. Jika
waktu sudah habis, siswa harus diberi tahu bahwa waktu habis.
Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri.
g. Guru
memanggil satu pansangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak
mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu
cocok atau tidak.
h. Terakhir,
guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan
jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.
i.
Guru memanggil pasangan
berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:
a. Dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik,
b. Karena
ada unsur permainan, model pembelajaran
ini menyenangkan,
c. Meningkatkan
pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
d. Efektif
sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi,
e. Efektif
melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu:
a. Jika
model pembelajaran
ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
b. Pada
awal-awal penerapan model pembelajaran,
banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
c. Jika
guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang
memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
d. Guru
harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi
hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
e. Menggunakan
model pembelajaran
ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih.. :)
Daftar Pustaka:
Miftahul Huda. 2013. Model-Model
Pengajaran & Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar