Pembelajaran akan menjadi bermakna bagi siswa jika siswa itu
sendiri yang membangun pengetahuannya dan proses belajar mengajar akan menjadi
sangat menarik bagi siswa jika siswa tersebut tetap dapat berinteraksi, bekerja
sama, serta saling tukar pikiran dengan teman yang lain. Hal tersebut senada
dengan konsep pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar
konstruktivisme yang lahir dari gagasan dari Piaget dan Vygotsky (Abdul Majid,
2013: 173). Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2012: 20).
Pada proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan bekerja dalam
kelompok kecil untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah. Tugas kelompok dapat
memacu para siswa untuk bekerja sama dalam mengintegrasikan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2012: 28)
pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal
yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Slavin (dalam Isjoni, 2012: 22) mengemukakan, “In coperative
learning methods, student work together in four member teams to master material
initially presented by teacher”.
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif sehingga dapat merangsang
siswa lebih bersemangat dalam belajar.
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah
agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temannya dengan
cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk mengemukakan gagasan dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok (Isjoni, 2012: 33).
Adapun tujuan dan manfaat pembelajaran kooperatif menurut (Abdul
Majid, 2013: 175) adalah meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
mengembangkan keterampilan sosial siswa, dan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
Dalam pembelajaran kooperatif yang diadaptasi dari pendapat Arends
(2008: 21) terdapat enam langkah pembelajaran yaitu:
a. Mengklarifikasikan maksud dan estabilishing set.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar sehingga siswa dapat memahami
dengan jelas prosedur dan aturan yang akan diterapkan dalam proses
pembelajaran.
b. Menyajikan informasi secara verbal maupun dalam bentuk teks
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi
atau lewat bahan bacaan.
c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
e. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok.
Semoga Bermanfaat.. :)
Sumber:
Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Belajar untuk
Mengajar Edisi Ketujuh Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar